Dalam penanggalan islam, Muharram memiliki makna kata “diharamkan”, yaitu dilarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Adapun satu Muharram sendiri adalah Tahun Baru dalam agama Islam. Para alim ulama seperti Al-Imam Syafi’i dalam kitab Diwan-nya dan Al- Habib Abdullah Al-Haddad dalam syairnya banyak menceritakan kesakralan bulan Muharram karena dihubungkan dengan kecintaannya pada Rasulullah SAW.

Adapun amalan-amalan dalam bulan Muharram menurut agama Islam yaitu :
1. Berpuasa pada tanggal 13,14,15 Muharram
2. Membaca amalan setelah shalat subuh
3. Membaca doa taubat Nabi Adan AS
4. Menyambung silaturrahim.

Sedangkan dalam masyarakat Jawa sendiri, satu Muharram biasa disebut dengan sebutan malam satu suro. Masyarakat Jawa sendiri menganggap malam satu suro sebagai malam yang sakral. Masyarakat Jawa pada umumnya mengadakan malam tirakat. Malam ini menurut mereka biasanya kental akan tradisi melakukan Pembersihan diri atau pembersihan pusaka. Tradisi ini dikaitkan dengan Sultan Agung dari kerajaan Mataram. Konon pada malam itu Sultan Agung sering kali mengadakan upacara atau ritual istimewa untuk memperkuat kekuasaanya atau untuk tujuan spiritual lainya. Maka dari itu masyarakat Jawa mempercayai bahwa malam satu suro dapat membawa keberkahan.

Secara keseluruhan, malam satu suro bukan hanya sekedar perayaan kalender Jawa, tetapi juga sebuah warisan budaya yang menghubungkan masyarakat dengan sejarah, kepercayaan, agama, dan tradisi leluhur mereka. (Nita)